Mengenal Nama Allah Ar-Razzaaq dan Ar-Raaziq
Segala puji bagi Allah Ta’ala, Zat Yang Maha Memberi rezeki, dan selawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dalam Islam, mengenal nama-nama Allah bukan sekadar mengenal kata, tetapi juga memahami maknanya untuk meningkatkan keimanan.
Nama Allah Ar-Razzaq dan Ar-Raziq mengajarkan bahwa Allah-lah yang mencukupi seluruh makhluk-Nya dengan rezeki, baik lahiriah maupun rohaniah. Dalam pembahasan ini, kita akan mengulas dalil, makna, dan implikasi dari kedua nama ini, agar semakin mendekatkan diri kita kepada Allah Ta’ala.
Dalil nama Allah Ar-Razzaq dan Ar-Raziq
Nama ini disebut dalam bentuk tunggal sekali saja, yaitu dalam QS. Adz-Dzariyat: 58. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
“Sesungguhnya Allah, Dialah Maha pemberi rezeki, Pemilik kekuatan yang kokoh.” (QS. Adz-Dzariyat: 58)
Ibnu Muhayshin dan lainnya membacanya sebagai Ar-Raziq (الرّازق).
Nama ini juga disebut dalam bentuk jamak sebanyak lima kali, di antaranya:
Dalam surah Al-Ma’idah ayat 114, Allah Ta’ala berfirman,
وَارْزُقْنَا وَأَنتَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
“Dan berilah kami rezeki, karena Engkaulah sebaik-baik pemberi rezeki.” (QS. Al-Ma’idah: 114)
Dalam surah Al-Jumu’ah ayat 11, Allah Ta’ala berfirman,
وَاللَّهُ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
“Dan Allah adalah sebaik-baik pemberi rezeki.” (QS. Al-Jumu’ah: 11) [1]
Nama Ar-Raziq juga disebut dalam sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Dalam kitab-kitab Sunan dan Musnad Imam Ahmad, dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Harga barang melambung pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Para sahabat berkata, ‘Wahai Rasulullah, tidakkah engkau tetapkan harga?’ Beliau bersabda,
إنَّ الله هو الخالق القابض الباسط الرازق المسعر، وإني لأرجو أن ألقى الله ولا يطلبني أحد بمظلمة ظلمتها إياه في دم ولا مال
‘Sesungguhnya Allah adalah Sang Pencipta, Yang Menggenggam, Yang Melapangkan, Yang Maha Pemberi Rezeki, dan Yang Menetapkan harga. Aku berharap dapat bertemu Allah tanpa ada seorang pun yang menuntutku atas suatu kezaliman, baik dalam darah maupun harta.‘” (HR. Abu Dawud no. 3451, At-Tirmidzi no. 1314, dan Ahmad, 3: 156, serta lainnya dengan sanad yang sahih) [2]
Kandungan makna nama Allah “Ar-Razzaq” dan “Ar-Raziq“
Untuk mengetahui kandungan makna dari nama Allah tersebut dengan menyeluruh, maka perlu kita ketahui terlebih dahulu makna kata “Ar-Razzaq” dan “Ar-Raziq” secara bahasa, kemudian dalam konteksnya sebagai nama Allah Ta’ala.
Makna bahasa dari “Ar-Razzaq” dan “Ar-Raziq“
Ar-rizq (الرِّزْقُ): sesuatu yang dimanfaatkan. Bentuk jamaknya adalah arzaq (أرْزاق).
Ar-Raziq (الرازق) merupakan isim fa’il (pelaku), sedangkan Ar-Razzaq (الرزّاق) termasuk dalam bentuk kata yang menunjukkan penekanan (sighat mubalaghah). [3]
Makna “Ar-Razzaq” dan “Ar-Raziq” dalam konteks Allah
Ibnu Jarir rahimahullah berkata ketika menafsirkan firman Allah di surah Adz-Dzariyat ayat 58,
إن اللَّهَ هو الرزاقُ خلقَه، المُتَكَفِّلُ بأقواتِهم
“Dialah yang memberikan rezeki kepada makhluk-Nya, yang menjamin kebutuhan makanan mereka.” [4]
Al-Hulaimi menjelaskan makna nama Ar-Raziq,
المُفيضُ على عباده؛ ما لم يجعل لأبْدانهم قواماً إلا به، والمُنْعم عليهم بإيصال حاجتهم مِنْ ذلك إليهم، لئلا تَتَنغَّص عليهم لذةُ الحياة بتأخّره عنهم، ولا يفقدوها أصْلاً لفقدهم إياه
“Dia adalah Zat yang melimpahkan kepada hamba-hamba-Nya sesuatu yang membuat tubuh mereka tidak dapat bertahan hidup, kecuali dengannya. Dia adalah yang memberikan nikmat dengan menyampaikan kebutuhan mereka dari rezeki itu kepada mereka, agar tidak terganggu kenikmatan hidup mereka karena keterlambatannya dan agar mereka tidak kehilangannya sama sekali.”
Sedangkan, mengenai makna Ar-Razzaq, ia berkata,
وهو الرزّاق رزقاً بعدَ رزقٍ، والمُكْثِر المُوسّع له
“Dia adalah yang memberikan rezeki berulang-ulang, melimpahkannya secara berkesinambungan, dan memperbanyak serta meluaskannya.” [5]
Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Si’diy mengatakan, “Ar-Razzaq” adalah pemberi rezeki kepada seluruh hamba-Nya, karena tidak ada satu makhluk pun di bumi, melainkan rezekinya ada di sisi Allah. Rezeki-Nya kepada hamba-hamba-Nya terbagi menjadi dua jenis:
Pertama: Rezeki umum, yang mencakup orang baik maupun orang jahat, generasi terdahulu dan generasi belakangan. Ini adalah rezeki untuk kebutuhan jasmani.
Kedua: Rezeki khusus, yaitu rezeki bagi hati, berupa pengisiannya dengan ilmu dan keimanan. Termasuk juga, rezeki halal yang membantu memperbaiki agama seseorang. Rezeki ini khusus diberikan kepada orang-orang beriman, sesuai dengan tingkatan mereka masing-masing, sebagaimana yang ditetapkan oleh hikmah dan rahmat-Nya. [6]
Konsekuensi dari nama Allah “Ar-Razzaq” dan “Ar-Raziq” bagi hamba
Penetapan nama “Ar-Razzaq” dan “Ar-Raziq” bagi Allah Ta’ala memiliki banyak konsekuensi, baik dari sisi sifat dan pengkhabaran terhadap Allah, maupun dari sisi hamba. Berikut ini beberapa konsekuensinya dari sisi hamba:
Pertama: Seorang hamba harus mengimani bahwasanya hanya Allah sebagai satu-satunya pemberi rezeki
Keyakinan bahwa hanya Allah, tanpa sekutu, yang menjadi satu-satunya pemberi rezeki. Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ يَرْزُقُكُم مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ
“Wahai manusia, ingatlah nikmat Allah atas kalian. Adakah pencipta selain Allah yang memberi rezeki kepada kalian dari langit dan bumi? Tidak ada sesembahan yang benar, selain Dia. Maka, bagaimana mungkin kalian dipalingkan?” (QS. Fathir: 3)
Allah juga berfirman,
قُلْ مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلِ اللَّهُ وَإِنَّا أَوْ إِيَّاكُمْ لَعَلَى هُدًى أَوْ فِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ
“Katakanlah, ‘Siapakah yang memberi rezeki kepada kalian dari langit dan bumi?’ Katakanlah, ‘Allah. Dan sesungguhnya kami atau kalian pasti berada dalam petunjuk atau dalam kesesatan yang nyata.’ ” (QS. Saba’: 24)
Allah mengingatkan hamba-hamba-Nya untuk menggunakan akal dalam menyadari tauhid-Nya dan mengesakan-Nya dalam ibadah. Dia adalah satu-satunya yang menciptakan dan memberi rezeki, tanpa ada sekutu bagi-Nya. Karena itu, ibadah hanya boleh ditujukan kepada-Nya, dan tidak boleh ada sekutu, seperti berhala atau sembahan lainnya. Allah berfirman setelah itu,
لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ
“Tidak ada sesembahan yang benar selain Dia. Maka, bagaimana mungkin kalian dipalingkan?”
Artinya, bagaimana kalian bisa berpaling dari ibadah kepada Allah semata setelah penjelasan ini?! [7]
Kedua: Seorang hamba harus mengimani bahwasanya hanya Allah Maha Mengatur rezeki hamba-Nya
Allah adalah satu-satunya yang mengatur rezeki hamba-hamba-Nya. Dia menjadikan siapa saja yang Dia kehendaki kaya dengan rezeki yang melimpah, dan menyempitkan rezeki bagi yang lain sesuai kehendak-Nya. Dalam semua itu, terdapat hikmah yang mendalam. Allah berfirman,
وَاللّهُ فَضَّلَ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ فِي الْرِّزْقِ
“Dan Allah melebihkan sebagian kamu atas sebagian yang lain dalam hal rezeki.” (QS. An-Nahl: 71)
Allah juga berfirman,
إِنَّ رَبَّكَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَن يَشَاءُ وَيَقْدِرُ إِنَّهُ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيراً بَصِيراً
“Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat hamba-hamba-Nya.” (QS. Al-Isra’: 30)
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan bahwa ayat ini berarti Allah mengetahui siapa yang layak diberi kekayaan dan siapa yang layak diberi kefakiran. [8]
Ketiga: Hendaknya seorang hamba tidak disibukkan oleh rezeki dunia yang fana dari rezeki akhirat yang kekal
Allah telah memperingatkan hamba-hamba-Nya agar tidak sibuk dengan rezeki dunia yang fana hingga melupakan rezeki akhirat yang kekal. Allah berfirman,
مَا عِندَكُمْ يَنفَدُّ وَمَا عِندَ اللَّهِ بَاقي
“Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal.” (QS. An-Nahl: 96)
Allah juga berfirman,
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى
“Tetapi, kamu (orang-orang kafir) lebih mengutamakan kehidupan dunia. Padahal, kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al-A’la: 16-17)
Orang yang berakal tidak akan membiarkan rezeki dunia (walaupun melimpah) mengalihkan perhatiannya dari tujuan utama ia diciptakan, yaitu untuk beribadah kepada Allah dan mengikhlaskan agama untuk-Nya. [9]
Semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang bertakwa, dan dengan karunia serta kemurahan-Nya mewariskan kepada kita surga-surga kenikmatan. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan.
***
Rumdin PPIA Sragen, 1 Jumadilakhir 1446
Penulis: Prasetyo Abu Ka’ab
Artikel asli: https://muslim.or.id/101244-mengenal-nama-allah-ar-razzaaq-dan-ar-raaziq.html